Posted in jurnal

“Pengaruh Budaya Populer pada Pendidikan”

PENGARUH BUDAYA POPULER PADA PENDIDIKAN
Oleh : Cynantia Rachmijati
Program Studi Bahasa Inggris – Dosen Bahasa Inggris – STKIP SILIWANGI- Cimahi

tumblr_mczpsarNbJ1rgoq2ro1_500

A.PENDAHULUAN
Budaya sedikit banyak mempengaruhi unsur-unsur manusia dalam menjalani kehidupannya. Dahulu, orang-orang berpergian menggunakan delman. Dan beberapa tahun kemudian, orang-orang berpergian menggunakan taksi, mobil atau kendaraan umum.
Dahulu sekali, orang mendengarkan musik menggunakan gramophone atau piringan hitam. Kini orang-orang mendengarkan musik menggunakan telepon genggam atau mp3 player, dimana segala sesuatunya menjadi mungil dan mudah dibawa kemana-mana.
Demikian juga dalam dunia pendidikan. Dulu sekali para murid menulis menggunakan papan hitam kecil berupa batu tulis, kemudian setelah kertas ditemukan mereka menulis menggunakan buku. Masa dewasa ini, tidak hanya buku saja yang digunakan. Para siswa bisa menulis menggunakan komputer, laptop hingga tablet.
Bila tidak mengikuti arus perkembangan jaman dan mengikuti budaya populer, seseorang dikatakan kuno dan ketinggalan jaman. Dan parahnya lagi, orang tidak memiliki persepsi yang sama mengenai apa itu budaya populer. Pada umumnya mereka hanya ikut-ikutan semata tanpa memahami segi positif atau negatif dari suatu budaya populer.

Dalam kalangan para pelajar, budaya populer sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari. Setelah demam Korea mewabah, sapaan,”Annyong Haseiyo!”, mulai merebak dan terdengar dimana-mana. Saat demam budaya Cina mewabah, semuanya saling menyemangati dalam bahasa Cina yaitu,”Jia you!”. Saat budaya Jepang mulai dikenal, semuanya lalu mulai mengatakan maaf dalam bahasa tersebut, yaitu,”Gomenasai!”.

Sementara itu bahasa asli, bahasa ibu dan bahasa daerah negeri sendiri terlupakan. Pembicaraan bahasa Indonesia yang menggunakan EYD telah lama hilang dan tergantikan dengan bahasa SMS yang lebih singkat atau dikenal pula dengan bahasa alay. Seperti misalnya,” !tU T@eMiN mUk4NyA S4m@ aJa……t4p! KL0 y4nG L4!n 4g@K bEd4 D`k!t SaMa MuK@ Y4nG d! M4kE-Up….T4p! tETep GaNt3nG”, dan lain sebagainya.

Budaya populer tampak menjadi pedang dengan dua sisi. Satu sisi memperkaya budaya sendiri dan sisi lain merusak budaya asli itu sendiri. Budaya populer tidak hanya merambah dalam dunia teknologi dan fashion semata, namun juga merambah dalam dunia pendidikan. Selanjutnya makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai pengaruh budaya populer dalam dunia pendidikan.

B.ISI

1.Definisi
Budaya popular berarti menggabungkan dua kata yaitu “budaya” dan “populer”. Oleh karena itu untuk memahaminya lebih lanjut perlu diperhatikan definisi budaya dan populer.

Williams mengemukakan beberapa pandangan mengenai budaya , yaitu proses perkembangan spiritual dan intelektual, pandangan hidup dari masyarakat dan karya serta praktik intelektual. Maka jika berbicara mengenai budaya populer, berarti penggabungan antara makna kedua dan ketiga ; yaitu pandangan hidup dari masyarakat yang kemudian diaplikasikan dalam praktik intelektual kehidupan sehari-hari.
Sedangkan kata ”pop” diambil dari kata ”populer”. Terhadap istilah ini Williams memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (Williams, 1983: 237).

Budaya populer (sering juga dikenal sebagai budaya pop) merupakan kumpulan gagasan-gagasan, perspektif-perspektif, sikap-sikap, dan fenomena-fenomena lain yang dianggap sebagai sebuah kesepakatan atau konsensus informal dalam sebuah kebudayaan arus utama pada akhir abad kedua puluh hingga abad kedua puluh satu. Budaya populer ini banyak dipengaruhi oleh media massa dan ia mempengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari.

2.Karakteristik budaya populer
Berikut ini adalah karakteristik budaya populer :
a)Tren, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti atau disukai banyak orang berpotensi menjadi budaya popular.
b)Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang menjadi tren akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak. Karya tersebut dapat menjadi pionir bagi karya-karya lain yang berciri sama, sebagai contoh genre musik pop (diambil dari kata popular) adalah genre musik yang notasi nada tidak terlalu kompleks, lirik lagunya sederhana dan mudah diingat.
c)Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi oleh khalayak.
d)Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat berdasarkan durabilitas menghadapi waktu, pionir budaya populer yang dapat mempertahankan dirinya bila pesaing yang kemudian muncul tidak dapat menyaingi keunikan dirinya, akan bertahan-seperti merek Coca-cola yang sudah ada berpuluh-puluh tahun.
e)Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya populer berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang mendukungnya.
f)Relativisme, dalam budaya populer tidak ada batasan antara mana yang benar dan mana yang salah, ataupun mana budaya tinggi dan rendah.
g)Pragmatisme, dalam budaya populer segala sesuatunya diterima meskipun belum tentu menghasilkan suatu manfaat yang berguna.
h)Sekularisme, dalam budaya populer agama dipandang sebagai sesuatu yang tidak relevan dan tidak penting dalam menjalani kehidupan.
i)Hedonisme, dalam budaya populer lebih mengacu kepada kepuasan emosi daripada kepuasan secara intelek.
j)Materialisme, dikenal pula sebagai budaya McWorld dimana materi, uang dan mencari kekayaan adalah hal yang terpenting.
k)Popularitas, budaya populer mempengaruhi banyak orang dari setiap sub-budaya, tanpa dibatasi latar belakang etnik, keagamaan, status sosial, usia, tingkat pendidikan, dan sebagainya.
l)Kontemporer, dalam budaya populer tidak ada sesuatu hal yang pasti karena segala sesuatunya cenderung berubah-ubah tergantung kepada permintaan pasar.
m)Kedangkalan, dikenal pula sebagai banalisme. Dimana teknologi mempermudah segala sesuatunya namun juga menjadi kehilangan makna hidup.
n)Hibrid dan menghibur, dua hal yang merupakan gabungan dalam dunia budaya populer dimana segala sesuatunya harus instan, cepat namun memuaskan.
o)Konsumerisme, budaya popular erat kaitannya dengan konsumerisme. Orang lebih mengutamakan nama, merk dan gengsi daripada kegunaan atau fungsi dari sesuatu.
Kebudayaan populer berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu seperti mega bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan sebagainya. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat (dalam Burhan Bungin,2009:100).

3.Budaya popular di masyarakat
Budaya populer dikalangan masyarakat mudah dan jelas terlihat. Kini orang banyak “memuja” budaya populer berupa budaya instan, hybrid dan materialistis. Segala sesuatunya mudah terbaca dan cenderung diikuti oleh khalayak ramai. Berkumpul di café saat malam minggu sambil mengkonsumsi junk food dan menggunakan gadget terbaru seperti handphone, komputer tablet atau mp3 players.

Segala sesuatu menjadi dinilai dan diperhitungkan karena merk. Handphone hanya boleh bermerk Blackberry atau iPhone, kopi hanya boleh Starbucks, dan makanan hanya McDonald dan lain sebagainya. Dan masyarakat meniru sama rata sesuatu yang mereka lihat di televisi. Bila seorang penyanyi bernama Syahrini mengenakan gaun panjang berwarna merah dengan hiasan manik-manik, maka baju serupa akan muncul dari mulai pasar tradisional, toko, mall hingga butik mewah. Semua meniru dan menyamaratakan. Karena paradigmanya adalah bila berbaur dan mengikuti budaya populer, maka akan dianggap sebagai seseorang yang maju dan mengikuti perkembangan zaman.

4.Hubungan antara budaya dan pendidikan
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai . Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara pendidiknya.

Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.

Adalah naif dan tidak mungkin rasanya menolak budaya populer dan trend setter gaya hidup serba hedonis yang setiap hari secara terbuka ditayangkan dalam bentuk film, musik, video, dan komik/majalah. Yang paling mungkin dilakukan adalah menghidupkan kesadaran kritis para pendidik untuk memaksimalkan bentuk-bentuk tayangan tersebut sebagai tools dalam proses belajar-mengajar.
Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.

5.Pengaruh budaya populer dalam dunia pendidikan

Sejauh pengamatan penulis, terdapat pengaruh positif dan negatif dari budaya populer pada dunia pendidikan.

Dampak positifnya antara lain adalah:
a)Seragam sekolah kini banyak menggunakan rompi dan dasi, mengadaptasi dari gaya seragam sekolah ala Jepang dan Korea. Tidak lagi hanya sekedar paduan rok dan kemeja atau rok dan celana. Kini motif dan coraknya pun beragam. Ada yang batik, ada yang motif kotak-kotak. Semuanya menambah kesemarakan dari tradisi seragam sekolah yang biasa dan polos.
b)Karena mewabahnya budaya Jepang, Korea dan Cina ; kini banyak juga sekolah yang mengajarkan bahasa-bahasa tersebut selain bahasa Inggris. Di tempat les lain juga mulai banyak permintaan untuk bahasa selain Inggris. Era pasar bebas membuat dunia pendidikan juga harus memutar otak agar para siswa bisa berbicara bahasa lain selain Inggris.
c)Mewabahnya budaya Korea dan Jepang membuat sekolah juga membuat ekskul yang berkaitan dengan kedua budaya tersebut. Istilah seperti baju tradisional Hanbok korea, kebudayaan cosplay (costume play) Jepang kini mulai dikenal di masyarakat luas.
d)Dengan meningkatnya teknologi, pendidikan tidak harus berlangsung dalam kelas. Kini guru bisa membuka blog dan menjawab email hingga chatting di situs jaringan sosial. Maka kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung bebas.
e)Dalam budaya populer dikenal pula budaya hybrid, yaitu menggabungkan dua hal menjadi satu. Agar pendidikan tidak membosankan maka diciptakanlah “edutainment”(education + entertainment) . Dimana kegiatan menonton film dan membahas novel bukan berarti kegiatan yang membuang waktu, namun juga suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang produktif.

Sementara itu dampak negatifnya antara lain :
a)Dalam budaya popular yang mengagungkan segala sesuatu yang instan , maka dalam dunia pendidikan juga dikenal “tugas instan” dan “ijazah instan”. Dengan maraknya internet, para siswa tak perlu repot memikirkan tugas. Cukup browsing lalu copy-paste, tanpa adanya proses belajar maupun repot-repot memasukkan narasumber. Demikian juga “ijazah instan”, yang bisa dibeli di internet. Dengan mengeluarkan sejumlah uang dan ketrampilan editing, tak perlu repot-repot kuliah ; seseorang akan langsung bisa punya ijazah dan gelar.
b)Sekolah beramai-ramai menggunakan label “plus” atau “internasional” meskipun tidak mengedepankan kurikulum dan proses belajar-mengajar yang baik. Karena masyarakat memandang, sesuatu yang berlabel “bule” maka akan lebih baik dibandingkan budaya “lokal”.
c)Gaya bahasa yang semakin semrawut baik di kalangan pelajar, pengajar maupun masyarakat umum. Di forum internet, kita bisa menebak seseorang dari tulisannya. Kini jarang sekali orang berbicara dalam bahasa yang baik dan benar. Di Internet saja terdapat berbagai gaya menulis, yang salah satunya adalah MeNULis SEpeRti INI. Dari internet, SMS lalu terbawa ke dalam kehidupan sehari-hari.
d)Gaya berpakaian yang meniru gaya pakaian budaya luar. Di kalangan pelajar siswi, maka rok dibuat semakin minim. Di kalangan pelajar siswa, celana dibuat longgar sekali seperti penyanyi rapper atau dibuat sangat ketat seperti trend yang ada sekarang. Penulis sendiri sering menemukan para pelajar yang datang ke kampus menggunakan celana jeans yang sobek di daerah lutut dan jaket bertudung, meniru gaya penyanyi remaja Kanada yang sedang terkenal yaitu Justin Bieber.
e)“Stage name” atau nama panggung. Kini kalangan para pelajar tak lagi saling memanggil dengan nama mereka yang biasa, misalnya Tuti,Ani, Budi dan lain sebagainya. Mereka punya “nama panggung” masing-masing. Budi maka dipanggil Budi-kun meniru budaya Jepang, Tuti dipanggil Kim Tuti meniru budaya Korea dan lain sebagainya.

C.PENUTUP
Budaya populer-lebih sering disebut dengan budaya pop adalah apapun yang terjadi di sekeliling kita setiap harinya. Apakah itu pakaian, film, musik, makanan, semuanya termasuk dalam bagian dari kebudayaan popular.
Tidak bisa dipungkiri, budaya populer adalah suatu bentuk budaya yang terus muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Baik kita terekspos secara langsung maupun tidak. Budaya populer ini tidak hanya merambah dalam dunia fashion dan teknologi, namun juga merambah pada dunia pendidikan.

Kita tidak mungkin menutup mata dan melarang para pelajar untuk terus meniru budaya tersebut, selama budaya yang ditiru tersebut positif, meningkatkan kreatifitas dan menambah ilmu pengetahuan.

Yang terpenting adalah meningkatkan kesadaran dan kebijaksanaan bagi baik kalangan pelajar maupun pengajar agar memanfaatkannya dari segi yang positif dan memperbaiki dari segi yang negatif. Yaitu membentuk “mindset” atau pola pikir yang baik.
Seperti yang diungkapkan oleh Laurence.J.Peter,”Education is a method whereby one acquires a higher grade of prejudice” . Maka jelaslah bahwa dengan pendidikan maka seseorang akan lebih bisa menganalisa dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Dan dalam hal ini, mengolah dan menganalisa budaya populer.

Karena kedua hal ini jelas adanya, bahwa kebudayaan dan pendidikan adalah dua hal yang saling berkaitan erat satu sama lainnya. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.

Dengan pendidikan dan kebudayaan yang dapat berjalan baik, maka akan semakin maju pula bangsa ini.

D.DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Williams, Raymond, (1983) Keyword, London: Fontana.
Internet:
Diakses pada tanggal 2 Agustus 2011 dan tersedia di :
http://www.buletinbermutu.blog.com
http://www.wikipedia.com
http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/03/cultural-studies/

Jurnal:
“PENTINGNYA LANDASAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK EKONOMI DALAM MENGATASI PROBLEMA PENDIDIKAN DI INDONESIA” oleh R.M.Tohir
“BUDAYA POPULER” oleh Ev.Junedy Lee

Leave a comment