Posted in jurnal

“Aspek kurikulum, kompetensi guru dan pembelajaran dari film “English Teacher”

e.t

ASPEK KURIKULUM, KOMPETENSI GURU DAN PEMBELAJARAN DARI FILM “ENGLISH TEACHER”

***
Oleh : Cynantia Rachmijati
Program Studi Bahasa Inggris – Dosen Bahasa Inggris – STKIP SILIWANGI- Cimahi

A.PENDAHULUAN

Proses pendidikan dan pembelajaran membutuhkan banyak komponen yang saling terkait dan mendukung. Proses pembelajaran dan perubahan tingkah laku seseorang, dari tidak tahu menjadi tahu, membutuhkan banyak hal. Banyak faktor yang perlu ditambahkan dan dimasukkan dalam perhitungan pembelajaran seseorang. Mengikuti pendidikan di salah satu institusi pendidikan adalah salah satunya, namun masih banyak hal lain yang perlu dipertimbangkan.

Apakah ia mengikuti pelajaran dengan baik? Apakah ia memahami pelajaran dan materi yang diajarkan?Apakah para pengajar yang memberikan materi memiliki kompetensi yang memadai? Dan apakah, di luar institusi pendidikan yang ia ikuti, ia juga berusaha menambah ilmu pengetahuan dan mengasah pikirannya?.
Semua hal tersebut dapat berpengaruh dalam kehidupan akademik seseorang, Tidak hanya tingkat kecerdasan alamiahnya yang ia miliki semata-mata yang akan membantu dalam suatu proses pembelajaran dan pendidikannya. Namun ada banyak hal lainnya.

Hal tersebut adalah hal yang sama yang diutarakan oleh Albert Einstein pada tahun 1954. Einstein mengatakan,” Somebody who only reads newspapers and at best books of contemporary authors looks to me like an extremely near-sighted person who scorns eyeglasses. He is completely dependent on the prejudices and fashions of his times, since he never gets to see or hear anything else. And what a person thinks on his own without being stimulated by the thoughts and experiences of other people is even in the best case rather paltry and monotonous”.
[Seseorang yang hanya membaca koran dan beberapa buku kontemporer dari penulis terbaik bagi saya tampak seperti seseorang yang memiliki rabun mata dekat yang sangat parah dan tidak menghargai kacamata. Dia sangat bergantung kepada anggapan dan apa yang sedang trend menurut dirinya sendiri, karena dia tidak pernah melihat atau mendengar hal lainnya. Dan cara seseorang berpikir tanpa distimulasi oleh berbagai pikiran dan pengalaman orang lain tampaknya orang yang tidak berguna dan membosankan]

Kini dengan zaman modernisasi dan globalisasi, seseorang bisa belajar dari mana saja dan dimana saja. Bosan dengan sekolah, seorang pelajar tinggal membawa laptopnya ke sebuah kafe lalu mulai mengerjakan pekerjaan rumahnya. Tidak ada batasan dimana dan kapan seseorang dapat belajar, menimba ilmu dan bahkan menambah ilmu pengetahuan.

Kini, seseorang bisa belajar menggunakan media pembelajaran apa saja. Salah satu media tersebut adalah film. Selanjutnya, makalah ini akan membahas mengenai aspek kurikulum, kompetensi dan pembelajaran yang terdapat dalam film “English Teacher”.

B.ISI

1.Media Pembelajaran
Sekarang ini telah tersedia berbagai media pembelajaran, mulai dari yang sederhana hingga berteknologi tinggi. Oleh karena itu guru perlu memiliki kemapuan untuk memanfaatkan media pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang dicapai dapat lebih efektif dan efisien.

Media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran.
Jenis media antara lain adalah:
a)Media auditif – media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Ex : radio, tape
b)Media visual – media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Ex : gambar, slide
c)Media audiovisual – media yang mempunyai unsur suara dan gambar. Ex : film, video cassette

Bila dilihat dari perkembangan teknologi, maka media pembelajaran dikategorikan menjadi:
a)Media teknologi cetak
b)Media hasil teknologi audio visual
c)Media yang berdasarkan computer
d)Media hasil gabungan cetak dan computer

Media dalam pembelajaran memiliki berbagai fungsi, diantaranya adalah :
1.Proses pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
2.Bahan pengajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa
3.Metode pembelajaran akan lebih bervariasi dan tidak hanya bersifat verbalistik
4.Siswa akan dapat melakukan aktivitas – tidak hanya mendengarkan, tapi juga mengamati, mendemostrasikan, memerankan dan lain-lain.

2.Kurikulum
lstilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno . Curriculum berasal dan kata Curir, artinya pelari; dan curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan “jarak yang harus ditempuh” oleh pelari. Dari makna yang terkandung dan kata tcrsebut, kurikulum secara sederhana diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh/ diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.

Dalam dunia pendidikan istilah kurikulum telah dikenal sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Dalam kamus Webster lahuri 1856 untuk pertama kalinya digunakan istilah kurikuum. Pada waktu itu kurikulum dipakai dalam bidang olah raga, yaitu suatu alat yang dibawa seorang sejak start sampai finish”.

Pendapat lainnya menyatakan hahwa tanggal dan tahun yang pasti tentang awal penggunaan islilah sulit dilacak, namun bisa diperkirakan kapan istilah kurikulum dipergunakan. Sebab pada tahun 1890 pada pertemuan komisi utama pendidikan di Amerika Serikat membahas pengorganisasian kembali pendidikan, di mana masalah kurikulum diperdebatkan.

Ada yang menyatakan hahwa penggunaan istilah kurikulum terjadi sekitar tahun 1820 meskipun sebelumnya sudah digunakan di Skotlandia sejak awal bad ke-17, Kurikulum pada waktu itu. diartikan sebagai mata pelajaran yang harus diambil untuk suatu pendidikan atau training.

Kurikulum sama dengan isi buku teks, garis-garis besar program pendidikan (GBPP), pedoman guru, serta alat pelajaran yang diperlukan suatu mata pc1ajaran.
Pengertian kurikulum tersebut secara umum masih digunakan sampai tahun 1930-an, Pemahaman kurikulum yang detikan didasarkan pada pernikiran atau filsafat pendidikan klasik yang menganggap kurikulum adalah program pendidikan yang diberikan secara direncanakan di sekolah.

Pada tahun 1950-an muncul dugaan kuat bahwa sekoah memiIiki kecenderungan kuat untuk mempengaruhi kehidupan murid dengan program-program pendidikannya. Sementara anak juga memperoleh pengalaman di luar yang diprogramkan oleh sekolah. Karenanya mereka memahami kurikulum sebagal semua aspek yang diprogramkan sekolah.
Kurikulum adalah semua bahan pengajaran yang direncanakan oleh sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Berdasarkan sejarah perkembangan di atas, maka konsep kurikulum memiliki sekurang-kurangnya 3 pengertian. Kurikulum adalah program pendidikan yang terdiri dan beberapa mata pelajaran yang harus diambil oleh anak didik pada suatu jenjang sekolah.
Kurikulum adalah semua pengalaman yang diperoleh anak selama di sekolah.
Kurikulum adalah rencana belajar siswa, agar mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pandangan yang menyatakan kurikulum hanyalah rencana pelajaran di suatu sekolah sering dikenal sebagai pandangan lama (tradisional), Dengan pandangan tersebut seolah-olah belajar di sekolah hanya sekedar Membaca buku-buku teks yang sudah ditentukan sebagai sumber bahan pelajaran.

Kurikulum menurut pandangan ini membagi kegiatan belajar ke dalam kegiatan kurikulum (intra Curicular), kegiatan dan kegiatan di luar kurikulum (extra curricular). Contohnya : pendidikan agama, tafsir, tarikh islam, bahasa Arab, dan sebagainya. Kegiatan di luar yang ditentukan, tetapi berfungsi sebagai penunjang atau penyertaan dalam mempelajari suatu mata pelajaran tertentu, dianggap kegiatan ko-kurikuler adalah penggunaan laboratorium bahasa, praktek kimia, praktek ibadah, berbagai pekerjaan rumah, dan sebagainya.

Kegiatan yang di luar kurikulum atau secara langsung tidak menunjang atau penyerta suatu mata pelajaran disebut kegiatan ekstra kurikuler, seperti : pramuka, olah raga, memperingati hari-hari besar Islam, dan sebagainya.
Sedangkan menurut pandangan baru (modern), kurikulum tidak sekedar rencana pelajaran. Kurikulum diartikan sebagai sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik dalam kelas, di luar kelas, dalam pergaulan mereka, olah raga, pramuka dan sebagainya. Semua pengalaman tersebut menurut pandangan baru (modern) dianggap sehagai kurikulum.

Menurut Hilda Taba dalam bukunya “Development Curriculum” menyatakan bahwa setiap kurikulum biasanya terdiri dari tujuan, isi, pola belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pandangan Hilda Taba diikuti oleh banyak ahli pendidikan diantaranya Tyler yang menyatakan bahwa kurikulum identik dengan pengajaran. Pengajaran sebagaimana disebutkan oleh Tyler tidak terbatas hanya. untuk proses belajar-mengajar suatu bahan pelajaran atau pokok bahasan, tetapi bisa untuk bidang studi atau pengajaran pada suatu jenjang sukolah, dengan demikian kurikulum bisa diartikan sebagai rencana atau program yang dituangkan dalam bentuk program pendidikan. Sedangkan pelaksanaannya dilakukan melalui proses belajar.-mcngajar atau pengajaran. Artinya operasionalisasi pendidikan melalui kurikulum dan operasionalisasi kurikulum melalui pengajaran.

3.Film
Menurut Encarta, film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke dalam layar untuk menciptakan suatu ilusi yang bergerak. Disebut juga sinema. Dan merupakan suatu bentuk hiburan yang paling populer, yang membuat yang menontonnya ikut larut dalam dunia imajinasi pada jangka waktu pendek tertentu .

Berikut ini adalah beberapa jenis film :
1.Animasi, yaitu film yang dibuat berdasarkan gambar 2 dimensi, 3 dimensi atau computer.
2.Dokumenter, yaitu film yang berkaitan dan hanya menayangkan hal-hal yang berkaitan dengan fakta. Tidak sering diputar di bioskop, melainkan di tv kabel dan tv nasional.
3.Eksperimen, yaitu film yang menggabungkan gambar nyata, gambar computer, gambar bergerak atau gabungan ketiganya.
4.Industri, yaitu film yang dibuat oleh perusahaan besar untuk meningkatkan citra produk yang dimilikinya.
5.Pendidikan, yaitu film yang umumnya ditayangkan di dalam kelas dan bertujuan untuk pendidikan. Misalnya film mengenai sejarah atau kemampuan mengemudi.

4.Film “English Teacher”
Film “English Teacher” adalah film Korea yang diproduksi oleh Cinemascope pada tahun 2008. Film ini bercerita mengenai seorang guru olah raga yang santai dan menyukai pekerjaannya, bernama Seong-Gun. Namun Seong-Gun harus berjuang saat Kepala Sekolah memutuskan untuk menghapus olah raga dari kurikulum sekolah.
Hal tersebut karena tuntutan para orang tua yang merasa bahwa pelajaran olah raga tidak penting dan lebih penting adalah pelajaran bahasa Inggris. Terlebih lagi dalam masa globalisasi, modernisasi dan westernisasi seperti saat ini. Di Korea, kemampuan berbahasa Inggris adalah salah satu nilai tambah yang tampaknya perlu dimiliki untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta untuk memperoleh pekerjaan.

Seong-gun tentunya sangat sedih mendengar kenyataan ini. Namun temannya mengingatkannya bahwa ia sesungguhnya memiliki sertifikat mengajar Bahasa Inggris yang dulu pelatihannya pernah ia ikuti.

Namun sayangnya ia tak pandai dalam berbahasa Inggris. Sebagai seorang guru olah raga, ia sangat perduli akan kesejahteraan dan kebaikan para muridnya dan bersikeras bahwa pelajaran olah raga juga memiliki tujuan pendidikan yang baik. Namun kini guru olah raga tidak lagi diperlukan dan ia terancam dipecat. Akhirnya , dengan penuh perjuangan ia belajar keras agar dapat berbahasa Inggris dan mengajarkan para muridnya berbahasa Inggris. Dan yang terpenting, agar ia tidak dipecat dari sekolah dimana ia mengajar. Meksipun pada akhirnya ia tetap dipecat, namun setidaknya ia telah menunjukkan kepada muridnya bahwa seorang guru tidak boleh berhenti berjuang.

Film ini saat tayang di Korea tahun 2008 lalu memiliki jumlah penonton yang cukup baik yaitu sekitar 650.000 penonton. Film ini berdurasi 120 menit dan dibintangi oleh Kim Soo Ro, Lee Min Ho, Lee Han Wi, Kim Seong Ryeong dan yang lainnya.
5.Aspek kurikulum, kompetensi guru dan pembelajaran dari film “English Teacher”
Dalam kebudayaan Korea, pendidikan adalah kunci utama agar bisa sukses dalam hidup. Kelulusan dari sebuah sekolah dapat menentukan tidak atau suksesnya seseorang di masa depan. Bagi para orang tua, pendidikan adalah hal yang terpenting dalam kehidupan seorang anak karena itu mereka akan berjuang keras agar dapat memberikan pendidikan terbaik. Sistem pendidikan di Korea terdiri atas 6 tahun di sekolah dasar, 3 tahun di sekolah menengah dan 3 tahun di sekolah atas. Bagi yang lulus ujian nasional akan memasuki 4 tahun masa kuliah di universitas atau 2 tahun masa kuliah diploma. Dan yang lainnya langsung memasuki dunia kerja. Bagi mereka yang sangat ingin sekali memperoleh pendidikan terbaik dan universitas yang baik, mengikuti semacam bimbingan belajar yang dinamakan “haguan” .

Murid SMP dalam mengambil hingga 15 mata pelajaran dalam satu tahun kegiatan belajar mengajar dan murid SMA sekitar 18 mata pelajaran. Setiap tahunnya ada sekitar 4 kali ujian di sekolah, semacam pre-test sebelum ujian nasional yang sesungguhnya. Mata pelajaran yang diberikan antara lain bahasa Korea, literature, matematika, bahasa Inggris, bahasa Mandarin, musik, seni, kimia, olah raga, biologi, geografi, etika. Dan satu kelas bisa mencapai 50 murid karena jumlahnya yang banyak.

Di film “English Teacher” ini banyak sekali contoh yang bisa dipelajari dan diambil berkenaan dengan aspek kurikulum, kompetensi guru dan pembelajaran dan seharusnya bisa juga diterapkan di Indonesia.

5.1 Aspek Kurikulum
Dalam film tersebut disebutkan bahwa Kementrian Pendidikan Korea mewajibkan keahlian para siswanya melalui tiga mata pelajaran yang dianggap penting dan diwajibkan untuk difokuskan pada kurikulum sekolah, yaitu matematika, bahasa Inggris dan Korea.

Namun ketiga pelajaran ini tidak selalu diajarkan di dalam kelas, kadang pelajaran dilaksanakan juga di luar kelas seperti lapangan olah raga saat cuaca cerah untuk menghindari kebosanan.

Orang tua, melalui perwakilan komite berhak untuk mengatur isi kurikulum dan mata pelajaran apa yang hendak diajarkan kepada para siswanya. Mereka sangat perduli pada keberhasilan pendidikan anak-anaknya sehingga tidak sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada pihak sekolah namun turut memantau.

Kurikulum sangat ditunjang dengan sarana dan prasarana pembelajaran, meskipun di
kelas di film ini masih menggunakan papan tulis biasa dan kapur namun masih dianggap sebagai sekolah yang baik dan layak. Tidak berarti bahwa TIK (teknologi informasi komputer) menjadi mutlak di sekolah.

5.2 Aspek kompetensi guru
Dalam film ini disebutkan bahwa untuk menjadi guru sangat tidak mudah, setelah lulus kuliah dan memperoleh gelar seseorang harus mengikuti ujian nasional (teacher’s national exam) terlebih dahulu dan kemudian memperoleh ijin mengajar (teaching license).

Sesudah melamar kepada sebuah sekolah, sekolah tidak langsung menerima. Seorang calon guru harus mengikuti ujian tertulis dulu dari pihak sekolah baru kemudian ujian mengajar secara terbuka. Mengajar secara terbuka ini diadakan secara open class yang berarti bisa disaksikan oleh siapa saja dari mulai murid, guru, kepala sekolah hingga orang tua dan perwakilan komite.

Bila disesuaikan dengan aspek kompetensi guru yang wajib dimiliki oleh para guru di Indonesia, yaitu kepribadian, pedagogi, profesionalisme dan sosial. Maka tokoh guru yaitu Seung Gun di film ini hampir memiliki semuanya , namun karena metode mengajarnya yang bebas dan tidak lazim (out of the box) itu yang membuat para guru lain tidak menganggapnya sebagai seorang guru yang kompeten.

Selain ia sering mengunjungi para muridnya di luar jam sekolah, ia juga bahkan mencarikan pekerjaan dan solusi bagi para murid yang memiliki masalah. Ia juga bahkan membuka akun rekening yang ia sisakan dari uang gajinya untuk membantu para muridnya yang kesulitan secara ekonomi. Ia juga sangat menghargai pendapat para orang tua pentingnya kemampuan berbahasa Inggris, namun baginya pendidikan olah raga juga sangat penting. Karena itu Seung Gun mengungkapkannya secara langsung,”I know how important it is to study and to receive private lessons but we really need to exercise to be able to study hard”.
[ Memang belajar dan mengikuti bimbingan sangat penting, namun kita harus berolah raga agar kita bisa belajar keras ]

Selain itu, banyak motto bagus lainnya yang kerap ia “dengungkan”, antara lain adalah “Study hard and play hard!” [ belajar keras dan bermain puas ] dan “If you exercise, you can overcome anything!” [ Jika kamu berolah raga maka kamu bisa mengatasi segalanya ]

Namun setelah semua perjuangan untuk bisa menguasai bahasa Inggris, ia tetap dipandang sebagai guru olah raga payah yang mengajar mata pelajaran yang tidak berguna. Ditambah lagi, banyak murid yang memandangnya sebelah mata dan tidak yakin ia bisa membantu mereka lulus ujian masuk perguruan tinggi. Karena itu ia sedih, karena yang kini banyak dibutuhkan oleh para murid adalah guru yang “competent” [ kompeten, hanya baik secara kualifikasi ] bukan guru yang “good” [ baik secara moral dan membimbing dengan baik ].

5.3 Aspek pembelajaran
Dalam film ini, aspek pembelajaran yang menurut penulis paling menarik adalah independence class atau kelas mandiri. Di kelas ini para murid memiliki jam belajar tersendiri di sekolah dan bebas untuk memiliih mata pelajaran mana yang ingin ia pelajari sendiri.

Yang menarik adalah salah satu point yang disebutkan dalam film ini bahwa dulu di Korea, ujian masuk perguruan tinggi juga mencakup ujian fisik hingga memenuhi kuota 20 point untuk keseluruhan nilai tersebut. Jadi meskipun tidak dianggap penting, namun sebenarnya pendidikan olah raga sangat penting dan bertujuan agar para murid tetap bugar selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Jam sekolah di Korea umumnya berlangsung dari jam 8 pagi hingga 6 sore, terkadang ada kelas mandiri yang berlangsung hingga 10 malam. Dan sesudah itu terkadang mengikuti “haguan” (semacam bimbingan belajar) hingga jam 1 pagi. Bila tidak ada kelas malam maupun haguan, para pelajar Korea umumnya menghabiskan waktu di perpustakaan dan belajar secara mandiri.

6.Pakem dan Kompetensi Guru
Dalam paradigma modern dewasa ini, guru tidak hanya dituntut untuk mampu mengajar namun sekaligus membelajarkan. Dalam kondisi yang demikian ini, guru tidak hanya dituntut sebagai pengajar, namun juga sebagai manajer dan fasilitator yang mendidik peserta didiknya untuk belajar. Hal ini akan terwujud jika guru menguasai materi, memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh tugas profesionalnya.
Tuntutan peningkatan kompetensi guru ini diakibatkan perkembangan masyarakat yang terus modern dan baru serta memiliki karakteristik yang cerdas dan demokratis. Karena itu guru perlu memiliki elemen-elemen kompetensi profesionalisme tersebut agar mampu menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin.
Keempat elemen kompetensi guru tersebut adalah : kepribadian, pedagogi, profesionalisme dan sosial.

Karena itu, guru professional pada masa dewasa ini dituntut untuk :
a.Menguasai bahan
b.Menyukai mengajar sebagai profesi
c.Memahami siswa
d.Menggunakan metode bervariasi
e.Mengeliminasi bahan kurang penting
f.Mengikuti perkembangan pengetahuan baru
g.Mempersiapkan setiap pembelajaran
h.Mendorong siswa memperoleh yang lebih baik
i.Menghubungkan pengalaman yang lalu (apersepsi)

Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dengan kompetensi dan kapasitas guru, maka ia harus pintar dalam memilih metode pembelajaran, pendidikan dan pengajaran yang akan diberikan kepada para peserta didik. Metode pendidikan berarti cara-cara yang dipakai oleh guru agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Pemilihan metode pendidikan sangat ditentukan oleh bentuk pendidikannya. Yaitu otoriter, liberal dan demokratis – tergantung dimana kedudukan pendidik dan peserta didiknya. Dalam proses pembelajaran, pendidik dalam memilih metode pembelajaran sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu : tujuan dan kemampuan pendidik, kebutuhan peserta didik dan materi pembelajaran.
Karena itu, guru professional tidak selalu menerapkan metode DDCH kepada para peserta didik – atau metode Duduk, Diam, Catat dan Hapal. Namun menerapkan juga metode PAKEM – yaitu Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan agar kegiatan belajar mengajar tidak membosankan.

C.PENUTUP
Maka setelah uraian di atas, beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari film “English Teacher” ini adalah :
1.Kurikulum di Korea Selatan tidak jauh berbeda dengan Indonesia, namun menekankan pada 3 mata pelajaran yaitu bahasa Korea, matematika dan bahasa Inggris.
2.Jam sekolah yang panjang ditunjang dengan kelas mandiri dan kesadaran para murid untuk terus belajar yang turut menjamin mutu pendidikan di Korea.
3.Untuk menjadi seorang guru di Korea Selatan membutuhkan perjuangan panjang – yang dimulai dari national teacher’s exam, teaching license, written test hingga open class teaching test. Hal ini merupakan salah satu faktor mengapa pendidikan di Korea dianggap baik, karena seleksi dan kualifikasi guru dan tenaga pendidik yang ketat dan terjamin. Proses seleksi seperti ini dapat juga diadakan di Indonesia bila memang menginginkan pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi kualifikasi dengan baik.
4.Meskipun pembelajaran bahasa, matematika dan lainnya dianggap penting namun pendidikan olah raga juga penting untuk menjaga kebugaran tubuh agar bisa belajar keras.

Yang terakhir adalah, untuk menjadi guru yang baik memang perlu memenuhi 4 kompetensi guru yang telah dicanangkan pemerintah. Namun menjadi seorang guru bukan berarti hanya “competent” tapi juga “good”. Dengan kasih sayang dan perhatian yang diberikan kepada para murid maka pembelajaran akan menjadi penuh arti dan lebih bermakna dari sekedar membagikan ilmu secara tertulis saja.

Dan tentu saja, setiap komponen pendidikan baik guru maupun murid harus bekerja keras. Mengutip ucapan Thomas Alfa Edison yang juga disinggung dalam film ini adalah,”There’s no substitute for hard work”. [ tidak ada pengganti bagi bekerja keras ] Karena itu baik aspek kurikulum, kompetensi guru dan pembelajaran semuanya akan dapat berlangsung dan berjalan baik ditunjang oleh kerja keras dari semua pihak yang terkait.

D.REFERENSI
Internet:
Svhoong [ http://id.shvoong.com/ ]
Buku:
Adams, Edward B. (1983). Korea Guide: A Glimpse of Korea’s Cultural Legacy. Seoul: Seoul International Tourist Publishing Company.
Arifin,Daeng.(2010).”Manajemen Pembelajaran Efektif”. Pustaka Al Kasyaf : Bandung
Catatan kuliah Prof.Dr.E.Mulyasa,M.Pd tanggal 14 Januari 2012
Sapitra,Ridja (2009).”The analysis of the film Eragon and Ever After”.
Film :
Ji Won,Choi. (2008).”English Teacher”. DCGplus Production : South Korea

Posted in jurnal

“Pengaruh Budaya Populer pada Pendidikan”

PENGARUH BUDAYA POPULER PADA PENDIDIKAN
Oleh : Cynantia Rachmijati
Program Studi Bahasa Inggris – Dosen Bahasa Inggris – STKIP SILIWANGI- Cimahi

tumblr_mczpsarNbJ1rgoq2ro1_500

A.PENDAHULUAN
Budaya sedikit banyak mempengaruhi unsur-unsur manusia dalam menjalani kehidupannya. Dahulu, orang-orang berpergian menggunakan delman. Dan beberapa tahun kemudian, orang-orang berpergian menggunakan taksi, mobil atau kendaraan umum.
Dahulu sekali, orang mendengarkan musik menggunakan gramophone atau piringan hitam. Kini orang-orang mendengarkan musik menggunakan telepon genggam atau mp3 player, dimana segala sesuatunya menjadi mungil dan mudah dibawa kemana-mana.
Demikian juga dalam dunia pendidikan. Dulu sekali para murid menulis menggunakan papan hitam kecil berupa batu tulis, kemudian setelah kertas ditemukan mereka menulis menggunakan buku. Masa dewasa ini, tidak hanya buku saja yang digunakan. Para siswa bisa menulis menggunakan komputer, laptop hingga tablet.
Bila tidak mengikuti arus perkembangan jaman dan mengikuti budaya populer, seseorang dikatakan kuno dan ketinggalan jaman. Dan parahnya lagi, orang tidak memiliki persepsi yang sama mengenai apa itu budaya populer. Pada umumnya mereka hanya ikut-ikutan semata tanpa memahami segi positif atau negatif dari suatu budaya populer.

Dalam kalangan para pelajar, budaya populer sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari. Setelah demam Korea mewabah, sapaan,”Annyong Haseiyo!”, mulai merebak dan terdengar dimana-mana. Saat demam budaya Cina mewabah, semuanya saling menyemangati dalam bahasa Cina yaitu,”Jia you!”. Saat budaya Jepang mulai dikenal, semuanya lalu mulai mengatakan maaf dalam bahasa tersebut, yaitu,”Gomenasai!”.

Sementara itu bahasa asli, bahasa ibu dan bahasa daerah negeri sendiri terlupakan. Pembicaraan bahasa Indonesia yang menggunakan EYD telah lama hilang dan tergantikan dengan bahasa SMS yang lebih singkat atau dikenal pula dengan bahasa alay. Seperti misalnya,” !tU T@eMiN mUk4NyA S4m@ aJa……t4p! KL0 y4nG L4!n 4g@K bEd4 D`k!t SaMa MuK@ Y4nG d! M4kE-Up….T4p! tETep GaNt3nG”, dan lain sebagainya.

Budaya populer tampak menjadi pedang dengan dua sisi. Satu sisi memperkaya budaya sendiri dan sisi lain merusak budaya asli itu sendiri. Budaya populer tidak hanya merambah dalam dunia teknologi dan fashion semata, namun juga merambah dalam dunia pendidikan. Selanjutnya makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai pengaruh budaya populer dalam dunia pendidikan.

B.ISI

1.Definisi
Budaya popular berarti menggabungkan dua kata yaitu “budaya” dan “populer”. Oleh karena itu untuk memahaminya lebih lanjut perlu diperhatikan definisi budaya dan populer.

Williams mengemukakan beberapa pandangan mengenai budaya , yaitu proses perkembangan spiritual dan intelektual, pandangan hidup dari masyarakat dan karya serta praktik intelektual. Maka jika berbicara mengenai budaya populer, berarti penggabungan antara makna kedua dan ketiga ; yaitu pandangan hidup dari masyarakat yang kemudian diaplikasikan dalam praktik intelektual kehidupan sehari-hari.
Sedangkan kata ”pop” diambil dari kata ”populer”. Terhadap istilah ini Williams memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (Williams, 1983: 237).

Budaya populer (sering juga dikenal sebagai budaya pop) merupakan kumpulan gagasan-gagasan, perspektif-perspektif, sikap-sikap, dan fenomena-fenomena lain yang dianggap sebagai sebuah kesepakatan atau konsensus informal dalam sebuah kebudayaan arus utama pada akhir abad kedua puluh hingga abad kedua puluh satu. Budaya populer ini banyak dipengaruhi oleh media massa dan ia mempengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari.

2.Karakteristik budaya populer
Berikut ini adalah karakteristik budaya populer :
a)Tren, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti atau disukai banyak orang berpotensi menjadi budaya popular.
b)Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang menjadi tren akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak. Karya tersebut dapat menjadi pionir bagi karya-karya lain yang berciri sama, sebagai contoh genre musik pop (diambil dari kata popular) adalah genre musik yang notasi nada tidak terlalu kompleks, lirik lagunya sederhana dan mudah diingat.
c)Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi oleh khalayak.
d)Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat berdasarkan durabilitas menghadapi waktu, pionir budaya populer yang dapat mempertahankan dirinya bila pesaing yang kemudian muncul tidak dapat menyaingi keunikan dirinya, akan bertahan-seperti merek Coca-cola yang sudah ada berpuluh-puluh tahun.
e)Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya populer berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang mendukungnya.
f)Relativisme, dalam budaya populer tidak ada batasan antara mana yang benar dan mana yang salah, ataupun mana budaya tinggi dan rendah.
g)Pragmatisme, dalam budaya populer segala sesuatunya diterima meskipun belum tentu menghasilkan suatu manfaat yang berguna.
h)Sekularisme, dalam budaya populer agama dipandang sebagai sesuatu yang tidak relevan dan tidak penting dalam menjalani kehidupan.
i)Hedonisme, dalam budaya populer lebih mengacu kepada kepuasan emosi daripada kepuasan secara intelek.
j)Materialisme, dikenal pula sebagai budaya McWorld dimana materi, uang dan mencari kekayaan adalah hal yang terpenting.
k)Popularitas, budaya populer mempengaruhi banyak orang dari setiap sub-budaya, tanpa dibatasi latar belakang etnik, keagamaan, status sosial, usia, tingkat pendidikan, dan sebagainya.
l)Kontemporer, dalam budaya populer tidak ada sesuatu hal yang pasti karena segala sesuatunya cenderung berubah-ubah tergantung kepada permintaan pasar.
m)Kedangkalan, dikenal pula sebagai banalisme. Dimana teknologi mempermudah segala sesuatunya namun juga menjadi kehilangan makna hidup.
n)Hibrid dan menghibur, dua hal yang merupakan gabungan dalam dunia budaya populer dimana segala sesuatunya harus instan, cepat namun memuaskan.
o)Konsumerisme, budaya popular erat kaitannya dengan konsumerisme. Orang lebih mengutamakan nama, merk dan gengsi daripada kegunaan atau fungsi dari sesuatu.
Kebudayaan populer berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu seperti mega bintang, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh, dan sebagainya. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat (dalam Burhan Bungin,2009:100).

3.Budaya popular di masyarakat
Budaya populer dikalangan masyarakat mudah dan jelas terlihat. Kini orang banyak “memuja” budaya populer berupa budaya instan, hybrid dan materialistis. Segala sesuatunya mudah terbaca dan cenderung diikuti oleh khalayak ramai. Berkumpul di café saat malam minggu sambil mengkonsumsi junk food dan menggunakan gadget terbaru seperti handphone, komputer tablet atau mp3 players.

Segala sesuatu menjadi dinilai dan diperhitungkan karena merk. Handphone hanya boleh bermerk Blackberry atau iPhone, kopi hanya boleh Starbucks, dan makanan hanya McDonald dan lain sebagainya. Dan masyarakat meniru sama rata sesuatu yang mereka lihat di televisi. Bila seorang penyanyi bernama Syahrini mengenakan gaun panjang berwarna merah dengan hiasan manik-manik, maka baju serupa akan muncul dari mulai pasar tradisional, toko, mall hingga butik mewah. Semua meniru dan menyamaratakan. Karena paradigmanya adalah bila berbaur dan mengikuti budaya populer, maka akan dianggap sebagai seseorang yang maju dan mengikuti perkembangan zaman.

4.Hubungan antara budaya dan pendidikan
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai . Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara pendidiknya.

Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.

Adalah naif dan tidak mungkin rasanya menolak budaya populer dan trend setter gaya hidup serba hedonis yang setiap hari secara terbuka ditayangkan dalam bentuk film, musik, video, dan komik/majalah. Yang paling mungkin dilakukan adalah menghidupkan kesadaran kritis para pendidik untuk memaksimalkan bentuk-bentuk tayangan tersebut sebagai tools dalam proses belajar-mengajar.
Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.

5.Pengaruh budaya populer dalam dunia pendidikan

Sejauh pengamatan penulis, terdapat pengaruh positif dan negatif dari budaya populer pada dunia pendidikan.

Dampak positifnya antara lain adalah:
a)Seragam sekolah kini banyak menggunakan rompi dan dasi, mengadaptasi dari gaya seragam sekolah ala Jepang dan Korea. Tidak lagi hanya sekedar paduan rok dan kemeja atau rok dan celana. Kini motif dan coraknya pun beragam. Ada yang batik, ada yang motif kotak-kotak. Semuanya menambah kesemarakan dari tradisi seragam sekolah yang biasa dan polos.
b)Karena mewabahnya budaya Jepang, Korea dan Cina ; kini banyak juga sekolah yang mengajarkan bahasa-bahasa tersebut selain bahasa Inggris. Di tempat les lain juga mulai banyak permintaan untuk bahasa selain Inggris. Era pasar bebas membuat dunia pendidikan juga harus memutar otak agar para siswa bisa berbicara bahasa lain selain Inggris.
c)Mewabahnya budaya Korea dan Jepang membuat sekolah juga membuat ekskul yang berkaitan dengan kedua budaya tersebut. Istilah seperti baju tradisional Hanbok korea, kebudayaan cosplay (costume play) Jepang kini mulai dikenal di masyarakat luas.
d)Dengan meningkatnya teknologi, pendidikan tidak harus berlangsung dalam kelas. Kini guru bisa membuka blog dan menjawab email hingga chatting di situs jaringan sosial. Maka kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung bebas.
e)Dalam budaya populer dikenal pula budaya hybrid, yaitu menggabungkan dua hal menjadi satu. Agar pendidikan tidak membosankan maka diciptakanlah “edutainment”(education + entertainment) . Dimana kegiatan menonton film dan membahas novel bukan berarti kegiatan yang membuang waktu, namun juga suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang produktif.

Sementara itu dampak negatifnya antara lain :
a)Dalam budaya popular yang mengagungkan segala sesuatu yang instan , maka dalam dunia pendidikan juga dikenal “tugas instan” dan “ijazah instan”. Dengan maraknya internet, para siswa tak perlu repot memikirkan tugas. Cukup browsing lalu copy-paste, tanpa adanya proses belajar maupun repot-repot memasukkan narasumber. Demikian juga “ijazah instan”, yang bisa dibeli di internet. Dengan mengeluarkan sejumlah uang dan ketrampilan editing, tak perlu repot-repot kuliah ; seseorang akan langsung bisa punya ijazah dan gelar.
b)Sekolah beramai-ramai menggunakan label “plus” atau “internasional” meskipun tidak mengedepankan kurikulum dan proses belajar-mengajar yang baik. Karena masyarakat memandang, sesuatu yang berlabel “bule” maka akan lebih baik dibandingkan budaya “lokal”.
c)Gaya bahasa yang semakin semrawut baik di kalangan pelajar, pengajar maupun masyarakat umum. Di forum internet, kita bisa menebak seseorang dari tulisannya. Kini jarang sekali orang berbicara dalam bahasa yang baik dan benar. Di Internet saja terdapat berbagai gaya menulis, yang salah satunya adalah MeNULis SEpeRti INI. Dari internet, SMS lalu terbawa ke dalam kehidupan sehari-hari.
d)Gaya berpakaian yang meniru gaya pakaian budaya luar. Di kalangan pelajar siswi, maka rok dibuat semakin minim. Di kalangan pelajar siswa, celana dibuat longgar sekali seperti penyanyi rapper atau dibuat sangat ketat seperti trend yang ada sekarang. Penulis sendiri sering menemukan para pelajar yang datang ke kampus menggunakan celana jeans yang sobek di daerah lutut dan jaket bertudung, meniru gaya penyanyi remaja Kanada yang sedang terkenal yaitu Justin Bieber.
e)“Stage name” atau nama panggung. Kini kalangan para pelajar tak lagi saling memanggil dengan nama mereka yang biasa, misalnya Tuti,Ani, Budi dan lain sebagainya. Mereka punya “nama panggung” masing-masing. Budi maka dipanggil Budi-kun meniru budaya Jepang, Tuti dipanggil Kim Tuti meniru budaya Korea dan lain sebagainya.

C.PENUTUP
Budaya populer-lebih sering disebut dengan budaya pop adalah apapun yang terjadi di sekeliling kita setiap harinya. Apakah itu pakaian, film, musik, makanan, semuanya termasuk dalam bagian dari kebudayaan popular.
Tidak bisa dipungkiri, budaya populer adalah suatu bentuk budaya yang terus muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Baik kita terekspos secara langsung maupun tidak. Budaya populer ini tidak hanya merambah dalam dunia fashion dan teknologi, namun juga merambah pada dunia pendidikan.

Kita tidak mungkin menutup mata dan melarang para pelajar untuk terus meniru budaya tersebut, selama budaya yang ditiru tersebut positif, meningkatkan kreatifitas dan menambah ilmu pengetahuan.

Yang terpenting adalah meningkatkan kesadaran dan kebijaksanaan bagi baik kalangan pelajar maupun pengajar agar memanfaatkannya dari segi yang positif dan memperbaiki dari segi yang negatif. Yaitu membentuk “mindset” atau pola pikir yang baik.
Seperti yang diungkapkan oleh Laurence.J.Peter,”Education is a method whereby one acquires a higher grade of prejudice” . Maka jelaslah bahwa dengan pendidikan maka seseorang akan lebih bisa menganalisa dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Dan dalam hal ini, mengolah dan menganalisa budaya populer.

Karena kedua hal ini jelas adanya, bahwa kebudayaan dan pendidikan adalah dua hal yang saling berkaitan erat satu sama lainnya. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.

Dengan pendidikan dan kebudayaan yang dapat berjalan baik, maka akan semakin maju pula bangsa ini.

D.DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Williams, Raymond, (1983) Keyword, London: Fontana.
Internet:
Diakses pada tanggal 2 Agustus 2011 dan tersedia di :
http://www.buletinbermutu.blog.com
http://www.wikipedia.com
http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/03/cultural-studies/

Jurnal:
“PENTINGNYA LANDASAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK EKONOMI DALAM MENGATASI PROBLEMA PENDIDIKAN DI INDONESIA” oleh R.M.Tohir
“BUDAYA POPULER” oleh Ev.Junedy Lee